Minggu, 13 November 2016

Guru SMA/SMK, Lebih Cenderung Mengharapkan SMA/SMK Dikelola oleh Pemprov

Jika melihat kepada kecenderungan atau aspirasi yang berkembang di kalangan guru-guru SMA/SMK, mereka lebih cenderung mengharapkan SMA/SMK dikelola oleh pemprov daripada oleh pemkab/pemkot dengan alasan: 

Pertama, guru SMA/SMK menjadi objek politisasi, khususnya menjelang Pilkada. Sebenarnya, politisasi guru bukan hanya menimpa kepada guru SMA/SMK saja, tetapi juga menimpa guru SD dan SMP. Para guru SMA/SMK tersebut ingin bebas dari bayang-bayang politisasi pada saat Pilkada. 

Kedua, pelayanan yang dinilai kurang optimal dan kurang profesional dari jajaran birokrasi Dinas Pendidikan terhadap guru-guru SMA/SMK, misalnya informasi yang suka terlambat, adanya pilih kasih perlakuan terhadap guru, kurang terbukanya dan kurang meratanya informasi atau kesempatan peningkatan profesionalisme dan karir guru SMA/SMK, sehingga menimbulkan kecemburuan sosial di antara mereka. Ada guru yang berpendapat meskipun jauh, akses informasi dari provinsi lebih cepat dibandingkan dengan kabupaten/kota. Dengan kata lain, political will pemerintah kabupaten/kota dalam mengelola pendidikan di SMA/SMK dinilai masih rendah. 

Ketiga, adanya harapan peningkatan kesejahteraan. Tunjangan provinsi lebih besar dari tunjangan kabupaten/kota, bahkan ada kabupaten/kota yang tidak memberikan tunjangan kepada guru. Oleh karena itu, rencana pengelolaan SMA/SMK oleh provinsi membuat wajah guru-guru SMA/SMK berseri-seri karena akan mendapatkan tunjangan yang lebih besar. Harapan tersebut sah-sah saja dan manusiawi karena walaupun mereka telah mendapatkan tunjangan profesi, tetap juga mengharapkan ada tunjangan lain untuk meningkatkan kesejahteraannya